Temu Sahabat Umat Beriman untuk Membangun Paguyuban yang Terbuka
   
  Agama Katolik merupakan salahsatu agama yang ekberadaanya berdampingan dengan agama lain yaitu, Islam, Hindu, Budha, dan Kristen. Melihat hal itu, adalah wajar apabila dalam menjalankan agama dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan sering bertemu dengna orang yang tidak seagama atau seiman dengan diri kita sendiri. Dan oleh karena setiap agama mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatur kehidupan umatnya akan lebih baik jika kita mengenal lebih mendalam mereka yang tidak seiman dengna kita, sehingga saat menjalin komunikasi, hal-hal yang dapat membuat saling tersinggung dan dapat memicu konflik dapat dihindari.
Menyadari hal tersebut, maka pada hari minggu, 11 Maret 2001, bertempat di Panti Paroki Mlati, sie penghubung kerasulan aroki Mlati mengadakan kegiatan sarasehan bersma dengan saudara kita yang beragama Islam. Hadir dalam kesempatan itu adalah Bp. HM. Dian Nafii, salah seorang tokoh NU, juga merupakan pimpinan pondok pesantren Al Muayyad, di Kartosuro, Solo.
Dari sarasehan ini kita tahu sedikit banyak tentang Islam, dan ada beberapa hal penting yang disampaikan sehingga kita bias memahaminya. Dikatakan bahwa rata-rata pengikut agama islam sangat sulit untuk memandang agama sebagai suatu realitas, tetapi dogma menjadi pegangannya.Al Quran dan Haditz Nabi menjadi hal yang sacral bagi pemeluk Islam, hal ini karena keyakinan bahwa Al Quran bersumber dari Wahyu Allah, sedangkan wahyu yang tak terrulis di Alqurna disampaikan melalui Nabi Muhammad dan dinamakan Haditz Nabi. Oleh karena berpegang pada Dogma itulah maka hal-hal yang berkaitan dengan ajaran dan tata ibadat menjadi sesuatu yang sangat sensitive untuk dibicarakan. Lalu bagaimana kita bias berkomunikasi dengan mereka secara "Aman"?
HM. Dian Nafii menerangkan bahwa dalam Islam, dikenal adanya ilmu (Orthodoxsia), Iman (Ortholiturgia), dan Amal (Orthoproxia). Pada tahap Ilmu dan Iman sangat rawan terhadap konflik, tetapi untuk Amalatau Karya, menjadi tahap dimana kita akan lebih aman untuk menjalin kerjasama. Karya itu misalnya kerjasama dalam memperjuangkan keadilan, HAM, Lingkungan hidup, dan sebagainya. Namun begitu dalam bekerjasama, prinsip Netralitas, Transparansi, Akuntabilitas, dan Impartialitas menjadi sesuatu yang perlu dijunjung tinggi.
Mengakiri penjelasan dari Bp. HM Dian Nafii menjelaskan tentang prinsipnya yaitu bahwa dalam menjalin hubungan dengna siapapun sebaiknya masalah agama tidak perlu dijadikan bahan pembicaraan. Lebih baik bicara tentang hobi, pekerjaan atau hal yang lainnya. Masalah agama adalah pribadi dan ada waktu dan tempat yang dapat untuk membicarakan hal tersebut. Dan menutup acara yang dihadiri penuh dengan tokoh agama dari wilayah di paroki Mlati serta beberapa orang dari non Katholik, Romo Riono menegaskan tentang inti pertemuan itu yaitu bahwa iman kita akan semakin bberkembang jika kitqa mau bertemu dan berinteraksi dengan iman yang lain.
Kembali ke Berkat